animasi-bergerak-tasmanian-devil-0015                                                                                                                          animasi-bergerak-tasmanian-devil-0015

Senin, 26 Januari 2015

Pulau Bangka Dalam Sejarah ( Bagian 2 )

Sekarang cerita Pulau bangka dlam Cerita Bagian 2 sambungan dari bagian 1. Dalam cerita asal usul pulau bangka ini, saudara Dhanu Hand sebagai penulis juga mengambil beberapa referensi, yaitu Bangka pada masa Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Majapahit, kesultanan Palembang, Pulau Bangka dan Penjajah, serta Awal penambangan timah.
MASA KERAJAN SRIWIJAYA
Pada masa kerajaan Sriwijaya, pulau Bangka adalah salah satu jalur yang digunakan pada masa tersebut sebagai jalur pelayaran mereka dalam hal basis kekuatan.
Kerajaan Sriijaya sendiri tumbuh dan berkembang sekitar tahun 392 Masehi, sebagai kerajaan Maritim yang menganut Agama Budha, tentunya dibawah kekuasaan Syailendra

MASA KERAJAAN MAJAPAHIT
Pada Masa Kerajaan Majapahit tahun 1293, Pulau Bangka sempat dijadikan sebagai basis pertahanan dengan maksud memantau tingkat kekuasaan Sriwijaya yang semakin melemah pada saat itu. Dibawah pimpinan Hayam wuruk, yang kala itu kekuasannya mencakup hampir seluruh kepulauan nusantara, memanfaatkan Bangka sebagai pusat pemantauan kekuatan terhadap Sriwijaya, namun pada masa Sriwijaya dan Majapahit, potensi sumber daya alam tidak terlalu di expose, karena kemungkinan besar, pada masa dua kerajaan itu tidak mengetahui tentang besarnya potensi sumber daya alam yang ada di Pulau Bangka, sehingga kemudian ditinggalkan dan menjadi sarang perompak yang ganas. Diperkirakan sekitar abad XV. Berdasarkan pendapat Ibid, pada awal 1600-an, terdapat pasukan yang datang dari minangkabau, yang kala itu dipimpin oleh Sultan Johor, merubah kondisi Pulau Bangka, terutama dalam bidang keamanan dan keagamaan. Walaupun, pada awalnya, pasukan Panglima perang tuan sarah dan raja alam Harimau Garang hanya bermaksud menumpas para perompak yang mendiami pulau Bangka pada waktu itu, namun lama kelamaan mereka mengembangkan Islam. Jadi bisa disimpulkan bahwa Islam mulai masuk ke pulau Bangka pada awal 1600-an.
Akhirnya selesai juga baca artikelnya....sekian dan terima kasih
MASA KESULTANAN PALEMBANG
Hampir bersamaan dengan masuknya Belanda ke Indonesia pada awal tahun 1600-an, Pulau Bangka mulai dikuasai oleh Kerajaan Banten dengan mengangkat Bupati Nusantara untuk memerintah Bangka dengan pusat kekuasaaan di Bangka Kota. Sultan Abdurrachman yang memerintah Kesultanan Palembang ( 1662-1706 ) pada masa itu meminang Puteri Bupati Nusantara di Bangka Kota dan ketika Bupati nusantara wafat kemudian kekuasaan tersebut beralih ke kekuasaan Kesultanan Palembang. Sepeninggal Sultan Abdurrachman, keturunan Sultan pecah dalam perselisihan dan mengakibatkan putera Sultan yang bernama Ratu Muhammmad Badaruddin meninggalkan Palembang ( Pendapat Ibid ). Tahun 1735, Kesultanan Palembang mengadakan perjanjian dengan penguasa Hindia Belanda tentang penjualan timah. Isi perjanjian tersebut menyebutkan bahwa Belanda memonopoli perdagangan timah di Bangka. ( Fachir Haitami, dkk, 2000 )

PULAU BANGKA DAN PENJAJAH
Belanda pertama kali mendarat di Nusantara tepatnya di Banten Pulau Jawa pada tahun 1596 dibawah pimpinan Cornelis de Houtman. Cukup lama setelah itu Belanda baru melirik Pulau Bangka sebagai salah satu daerah potensial penghasil timah. Ketika itu daerah ini masuk pada kekuasaan Kesultanan Palembang ( Pendapat Ibid ). Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya, bahwa antara Kesultanan Palembang dengan Hindia Belanda telah mengadakan perjanjian tentang pengolahan hasil alam di Pulau Bangka, dan hasilnya adalah Belanda memonopoli Timah dan sebagai gantinya, Belanda akan melindungi Kesultanan Palembang. Sebuah catatan kontrak ini diadakan pada tanggal 10 juli 1668, sebagaimana disebutkan dalam buku Kepulauan Bangka Belitung dengan editor Achmad Sahabuddin, dkk ( 2003 ). Setelah tahun 1722, hubunga antara Kesultanan Palembang dengan pihak Belanda memburuk dan situasi ini dimanfaatkan oleh Inggris dan Prancis mengalahkan Belanda. Pada waktu itu, pihak Inggris dan Prancis masing-masing dipimpin oleh Lord Minto dan Thomas stanford Raffles, sementara Kesultanan Palembang ditinggal wafat oleh Sultan Mahmud Badaruddin yang kemudian digantikan oleh anaknya yang bergelar Sultan Mahmud Badaruddin II. Masuknya Inggris mendapat perlawanan keras dari Kesultanan Palembang, dan pada akhirnya dimenangkan oleh pihak Inggris. Dan dengan terpaksa, Kesultanan Palembang kemudian mengeluarkan pernyataan yang intinya menyerahkan kekuasaan atas Pulau Bangka dan Belitung kepada Inggris. Inggris memulai penguasaan terhadap Timah pada tahun 1812-1816, yang pada saat itu sempat mengganti nama Bangka dengan The Duke Of York dengan ibukota Mentok yang diganti dengan nama Minto. Nama Minto sendiri diambil dari Nama Lord Minto. Namun, pada tahun 1814, terjadi penandatanganan Traktat London yang mengakibatkan Inggris harus menyerahkan atau mengembalikan daerah yang telah direbut dari Belanda sebelumnya, yaitu teptnya pada tanggal 17 april 1827.

AWAL PENAMBANGAN TIMAH
Penemuan timah pertama kali di Pulau Bangka memiliki beberapa versi, diantaranya adalah sebagai berikut :
I. Versi tahun 1707
Horsfield dalam Heidhues mengatakan bahwa timah dengan mudah terlihat ketika penduduk setempat melakukan pembakaran ladang-ladang untuk ditanami oleh penduduk setempat. Logam timah tampak meleleh ketika penduduk melakukan pembakaran. ( Pendapat Ibid )
II. Versi tahun 1709
Orang yang di anggap memperkenalkan penambangan timah di Pulau Bangka adalah orang-orang Johor yang memiliki garis keturunan Cina yang beragama Islam dan juga merupakan kerabat Kesultanan Palembang
III. Versi tahun 1711
Pada tahun ini juga disebutkan bahwa adanya kedatangan seorang Cina bernama Oen Asing ( Boen Asiong ) yang melakukan penambangan timah di Kampung Belo Mentok, orang ini pula yang melakukan berbagai macam gerakan pembaruan dalam penambangan timah, memperkenalkan penambangan timah dengan penggunaan mesin, teknik perapian untuk membakar timah yang lebih efisien dan melakukan standarisasi bentuk dan berat timah. ( pendapat Ibid ).

DAFTAR PUSTAKA
“Ibrahim, Nirwana Sari dkk ( editor ), 2007, Koba dalam Historiografi”
“Achmad Sahabuddin, dkk ( editor ), 2003, Kepulauan Bangka Belitung”
“Heidhues, Mary F. Somers, ( editor ), 1992, Helbig”
“Sutedjo Sujitno, ( editor ), 1996, Sejarah Timah Indonesia”
“Fachir Haitami, dkk ( editor ), 2000, Sejarah hari jadi kota Sungailiat”

http://seputararsip.blogspot.com/2011/08/pulau-bangka-dalam-sejarah.html


Selamat Datang Para Blogger, Silahkan Tulis Komentar Anda Yang Bisa Membangun Blog Ini Agar Tetap Hidup. Terima Kasih Atas Kunjungannya Ke Blog Sederhana Ini. Selamat Membaca Semoga Bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar