Setiap tahun pada hari Rabu tanggal terakhir di bulan Safar, ratusan warga Desa Air Anyir, Kabupaten Bangka, mengikuti ritual adat "Rebo Kasan", sebagai kegiatan ibadah kepada Allah SWT agar diberi kekuatan dalam menghadapi ujian dan terhindar dari berbagai musibah. Ritual adat Rebo Kasan merupakan perpaduan antara adat, agama, dan budaya yang merupakan warisan temurun dari nenek moyang.
Rebo Kasan diambil dari kata Rabu (Rebo) Kasan (tanggal terakhir di bulan Safar) atau ritual pada hari Rabu tanggal terakhir di bulan Safar.
Upacara Adat Rebo Kasan merupakan salah satu ritual adat masyarakat Melayu pesisir pantai di Pulau Bangka yang akulturasi dari nilai-nilai religius, mitos, dan legenda nenek moyang. Inti Upacara Rebo Kasan adalah Ritual Tolak Bala (musibah) sekaligus harapan para nelayan agar hasil tangkapannya melimpah. Masyarakat percaya bahwa pada hari Rabu di akhir bulan Shafar, Tuhan menurunkan bencana sejak terbit fajar hingga terbenam matahari sebanyak 32.000 bencana baik besar maupun kecil. Sehingga pada hari itu, manusia dianjurkan untuk melakukan doa bersama yang kemudian dilanjutkan dengan pencabutan ketupat lepas, sebagai tanda sudah dicabutnya bencana yang akan menimpa. Ritual biasanya dilakukan di Pantai Batu Karang Mas, tak jauh dari desa Air Anyir, kecamatan Merawang, tapi entah apa sebab musabab nya, sekarang berpindah ke Masjid Baitul Imam, masih di desa yang sama.
Kegiatan ini dilaksanakan setiap tahun yang berisikan upacara adat seperti lempar ketupat ke laut dan berdoa bersama di masjid meminta kepada Sang Pencipta agar diberi kekuatan dalam menghadapi ujian, menurunkan rahmat bagi warga kampung, diberi kelimpahan rezeki, dan memperkuat tali persaudaran sesama Muslim.
Rebo Kasan merupakan sebuah adat budaya masyarakat di sepanjang pesisir Timur bagian Tengah Pulau Bangka. Salah satunya, ritual ini dilaksanakan di Pantai Batu Karang Mas, Desa Air Anyir, Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka, Bangka Belitung.
Ritual ini dimaknai sebagai bentuk rasa syukur atas rezeki yang diberikan, dan secara bersama warga kampung bermunajat kepada Allah SWT untuk menurunkan rahmat agar kampung ini menjadi kampung rahmat yang dilindungi dari musibah.
Orang biasa menyebut Rebo Kasan adalah ritual adat untuk menolak bala, sebenarnya tidak demikian karena pada intinya masyarakat hanya berdoa kepada Tuhan yang prosesinya merupakan perpaduan antara adat dan budaya.
Upacara adat Rebo Kasan dimulai dengan mengumandangkan adzan di masjid sebagai seruan bagi umat Islam untuk menunaikan kewajiban shalat lima waktu sehari semalam. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan doa bersama.
Selesai berdoa, warga yang hadir menarik atau melepaskan anyaman ketupat yang telah tersedia, yang dimaknai sebagai simbol kerukunan dalam hidup berkeluarga dan mempererat tali silaturahmi.
Kemudian, setelah selesai acara melepaskan anyaman ketupat, ratusan warga makan bersama di masjid dengan menggunakan dulang sebagai lambang bahwa negeri ini "Negeri Sepintu Sedulang" atau satu keluarga besar yang hidup rukun dan taat dengan norma agama.
Setelah makan bersama, lalu masing-masing pergi mengambil air wafak atau air minum yang sudah diberi doa sebagai simbol kesucian dan kejernihan hati warga dalam hidup berkaum dan berkampung.
Upacara puncak ritual Rebo Kasan yaitu pelepasan ketupat di laut yang sama sekali tidak dimaknai sebagai kegiatan tolak bala, tetapi hanya meneruskan tradisi dari nenek moyang. Ketupat tersebut terbuat dari anyaman daun kelapa. Anyaman itu menyisakan dua ujung daun yang akan dicabut. Pembuatan ketupat ini berbeda dengan ketupat biasa, karena perbedaan bentuk ketupatnya.
Rebo Kasan berasal dari kata Rebo Kasat. Yang berarti hari Rabu terakhir di Bulan Shafar. Di mana menurut keterangan turun temurun para ulama, pada hari tersebut, Allah akan menurunkan bala yang besar dari terbitnya fajar hingga siang tengah hari. Jadi kebanyakan masyarakat melayu yang menjalani ritual ini jika hendak bepergian atau melakukan suatu niatan besar selalu diusahakan melewati jam 2 menjelang sore hari. Dalam proses ritual masih dibacakan mantra-mantra dan dilanjutkan dengan pembacaan doa-doa Islam. Yang unik dari tradisi ini adalah seluruh peserta rata-rata berpakaian serba putih, terkecuali tokoh agama Islam yang menambahnya dengan memakai sorban, dan juga aparat pemerintahan mengenakan seragam dinas nya.
Uniknya lagi, ketupat untuk ritual. Setelah jalinan ketupat tersebut ditarik oleh salah seorang tetua adat, maka diartikan semua bala tertarik dari dunia. Masyarakat yang ikut juga ikut menarik atau melepaskan anyaman ketupat tolak bala mereka masing masing sambil menyebut nama keluarga. Menarik anyaman itu harus berdua. Tentu disambi dengan pembacaan doa tolak bala. Kemudian daun janur yang sudah tertarik dan lepas anyaman nya tersebut dikumpulkan, kemudian diarak ke pantai Batu Mas Air Anyir untuk di buang sebagai pertanda bala sudah dilepaskan dan dibuang. Selanjutnya barulah proses untuk air wafaq. Air diambil dari sumur dan ditampung kedalam dua buah kendi besar. Kemudian dengan sehelai kertas putih yang bertuliskan ayat alquran dicelupkan kedalam kendi, kemudian di doakan oleh tetua adat. Oleh tetua adat, sehelai kertas putih yang sudah ditulisi berbagai ayat al Qur`an itu dicelupkan kedalam air dan selanjutnya didoakan. Air kemudian dibagikan kepada masyarakat.
Untuk melihat ritual unik di Desa Air Anyir Merawang ini, pengunjung bisa menggunakan angkutan umum, tetapi angkutan ini tidak bisa menjangkau lokasi, sehingga pengunjung lebih baik menggunakan kendaraan pribadi dengan waktu tempuh sekitar satu jam. Pengunjung juga bisa memanfaatkan jasa ojek motor dari Merawang, tetapi pengunjung akan mengalami kesulitan ketika akan pulang (atau balik) ke Merawang dan Kabupaten Bangka. Setelah prosesi ritual, pengunjung dapat menikmati hiburan musik tradisional, dangdut, dan pop, yang dipusatkan di tepi pantai. Pengunjung pun dimanjakan dengan puluhan pedagang dadakan yang menjual berbagai barang kerajinan dan makanan. Di sekitar lokasi ini tidak terdapat penginapan atau hotel.
Sekian dan terima kasih
Sumber : Berbagai Sumber http://variety-indonesia.blogspot.com/2011/09/upacara-adat-rebo-kasan-di-pulau-bangka.html
Rebo Kasan diambil dari kata Rabu (Rebo) Kasan (tanggal terakhir di bulan Safar) atau ritual pada hari Rabu tanggal terakhir di bulan Safar.
Upacara Adat Rebo Kasan merupakan salah satu ritual adat masyarakat Melayu pesisir pantai di Pulau Bangka yang akulturasi dari nilai-nilai religius, mitos, dan legenda nenek moyang. Inti Upacara Rebo Kasan adalah Ritual Tolak Bala (musibah) sekaligus harapan para nelayan agar hasil tangkapannya melimpah. Masyarakat percaya bahwa pada hari Rabu di akhir bulan Shafar, Tuhan menurunkan bencana sejak terbit fajar hingga terbenam matahari sebanyak 32.000 bencana baik besar maupun kecil. Sehingga pada hari itu, manusia dianjurkan untuk melakukan doa bersama yang kemudian dilanjutkan dengan pencabutan ketupat lepas, sebagai tanda sudah dicabutnya bencana yang akan menimpa. Ritual biasanya dilakukan di Pantai Batu Karang Mas, tak jauh dari desa Air Anyir, kecamatan Merawang, tapi entah apa sebab musabab nya, sekarang berpindah ke Masjid Baitul Imam, masih di desa yang sama.
Kegiatan ini dilaksanakan setiap tahun yang berisikan upacara adat seperti lempar ketupat ke laut dan berdoa bersama di masjid meminta kepada Sang Pencipta agar diberi kekuatan dalam menghadapi ujian, menurunkan rahmat bagi warga kampung, diberi kelimpahan rezeki, dan memperkuat tali persaudaran sesama Muslim.
Rebo Kasan merupakan sebuah adat budaya masyarakat di sepanjang pesisir Timur bagian Tengah Pulau Bangka. Salah satunya, ritual ini dilaksanakan di Pantai Batu Karang Mas, Desa Air Anyir, Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka, Bangka Belitung.
Ritual ini dimaknai sebagai bentuk rasa syukur atas rezeki yang diberikan, dan secara bersama warga kampung bermunajat kepada Allah SWT untuk menurunkan rahmat agar kampung ini menjadi kampung rahmat yang dilindungi dari musibah.
Orang biasa menyebut Rebo Kasan adalah ritual adat untuk menolak bala, sebenarnya tidak demikian karena pada intinya masyarakat hanya berdoa kepada Tuhan yang prosesinya merupakan perpaduan antara adat dan budaya.
Upacara adat Rebo Kasan dimulai dengan mengumandangkan adzan di masjid sebagai seruan bagi umat Islam untuk menunaikan kewajiban shalat lima waktu sehari semalam. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan doa bersama.
Selesai berdoa, warga yang hadir menarik atau melepaskan anyaman ketupat yang telah tersedia, yang dimaknai sebagai simbol kerukunan dalam hidup berkeluarga dan mempererat tali silaturahmi.
Kemudian, setelah selesai acara melepaskan anyaman ketupat, ratusan warga makan bersama di masjid dengan menggunakan dulang sebagai lambang bahwa negeri ini "Negeri Sepintu Sedulang" atau satu keluarga besar yang hidup rukun dan taat dengan norma agama.
Setelah makan bersama, lalu masing-masing pergi mengambil air wafak atau air minum yang sudah diberi doa sebagai simbol kesucian dan kejernihan hati warga dalam hidup berkaum dan berkampung.
Upacara puncak ritual Rebo Kasan yaitu pelepasan ketupat di laut yang sama sekali tidak dimaknai sebagai kegiatan tolak bala, tetapi hanya meneruskan tradisi dari nenek moyang. Ketupat tersebut terbuat dari anyaman daun kelapa. Anyaman itu menyisakan dua ujung daun yang akan dicabut. Pembuatan ketupat ini berbeda dengan ketupat biasa, karena perbedaan bentuk ketupatnya.
Rebo Kasan berasal dari kata Rebo Kasat. Yang berarti hari Rabu terakhir di Bulan Shafar. Di mana menurut keterangan turun temurun para ulama, pada hari tersebut, Allah akan menurunkan bala yang besar dari terbitnya fajar hingga siang tengah hari. Jadi kebanyakan masyarakat melayu yang menjalani ritual ini jika hendak bepergian atau melakukan suatu niatan besar selalu diusahakan melewati jam 2 menjelang sore hari. Dalam proses ritual masih dibacakan mantra-mantra dan dilanjutkan dengan pembacaan doa-doa Islam. Yang unik dari tradisi ini adalah seluruh peserta rata-rata berpakaian serba putih, terkecuali tokoh agama Islam yang menambahnya dengan memakai sorban, dan juga aparat pemerintahan mengenakan seragam dinas nya.
Uniknya lagi, ketupat untuk ritual. Setelah jalinan ketupat tersebut ditarik oleh salah seorang tetua adat, maka diartikan semua bala tertarik dari dunia. Masyarakat yang ikut juga ikut menarik atau melepaskan anyaman ketupat tolak bala mereka masing masing sambil menyebut nama keluarga. Menarik anyaman itu harus berdua. Tentu disambi dengan pembacaan doa tolak bala. Kemudian daun janur yang sudah tertarik dan lepas anyaman nya tersebut dikumpulkan, kemudian diarak ke pantai Batu Mas Air Anyir untuk di buang sebagai pertanda bala sudah dilepaskan dan dibuang. Selanjutnya barulah proses untuk air wafaq. Air diambil dari sumur dan ditampung kedalam dua buah kendi besar. Kemudian dengan sehelai kertas putih yang bertuliskan ayat alquran dicelupkan kedalam kendi, kemudian di doakan oleh tetua adat. Oleh tetua adat, sehelai kertas putih yang sudah ditulisi berbagai ayat al Qur`an itu dicelupkan kedalam air dan selanjutnya didoakan. Air kemudian dibagikan kepada masyarakat.
Untuk melihat ritual unik di Desa Air Anyir Merawang ini, pengunjung bisa menggunakan angkutan umum, tetapi angkutan ini tidak bisa menjangkau lokasi, sehingga pengunjung lebih baik menggunakan kendaraan pribadi dengan waktu tempuh sekitar satu jam. Pengunjung juga bisa memanfaatkan jasa ojek motor dari Merawang, tetapi pengunjung akan mengalami kesulitan ketika akan pulang (atau balik) ke Merawang dan Kabupaten Bangka. Setelah prosesi ritual, pengunjung dapat menikmati hiburan musik tradisional, dangdut, dan pop, yang dipusatkan di tepi pantai. Pengunjung pun dimanjakan dengan puluhan pedagang dadakan yang menjual berbagai barang kerajinan dan makanan. Di sekitar lokasi ini tidak terdapat penginapan atau hotel.
Sekian dan terima kasih
Sumber : Berbagai Sumber http://variety-indonesia.blogspot.com/2011/09/upacara-adat-rebo-kasan-di-pulau-bangka.html
BalasHapushttps://drive.google.com/file/d/0B6ut4qmVOTGWMkJvbFpZejBQZWM/view?usp=drivesdk
Salam
Kepada:
Redaksi para akademik
Per: Beberapa Hadis Sahih Bukhari dan Muslim yang Disembunyikan
Bagi tujuan kajian dan renungan. Diambil dari: almawaddah. info
Selamat hari raya, maaf zahir dan batin.
Daripada Pencinta Islam rahmatan lil Alamin wa afwan.
BalasHapushttps://drive.google.com/file/d/0B6ut4qmVOTGWMkJvbFpZejBQZWM/view?usp=drivesdk
Salam
Kepada:
Redaksi para akademik
Per: Beberapa Hadis Sahih Bukhari dan Muslim yang Disembunyikan
Bagi tujuan kajian dan renungan. Diambil dari: almawaddah. info
Selamat hari raya, maaf zahir dan batin.
Daripada Pencinta Islam rahmatan lil Alamin wa afwan.